Narasi yang Diciptakan: Siapa yang Mengendalikan pikiran kita?

Narasi yang Diciptakan: Siapa yang Mengendalikan pikiran kita?

Daftar Isi

Pendahuluan

Setiap hari kita dibanjiri informasi dari berbagai sumber: media sosial, berita televisi, influencer, dan bahkan algoritma pencarian. Informasi tersebut tidak pernah netral. Ia disampaikan dalam bentuk narasi tertentu, dengan sudut pandang dan tujuan tertentu. Narasi yang Diciptakan ini secara halus memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak, sering kali tanpa kita sadari.

Apa Itu Narasi?

Narasi adalah cara menyampaikan fakta atau opini dalam bentuk cerita yang terstruktur. Dalam konteks sosial, politik, dan budaya, narasi menjadi alat untuk menyederhanakan realitas kompleks menjadi cerita yang bisa dimengerti dan diyakini publik. Narasi bukan tentang apa yang benar, tetapi tentang apa yang dipercaya.

Siapa yang Menciptakan Narasi?

Narasi yang diciptakan sering berasal dari aktor-aktor berkepentingan. Media massa menggunakan framing tertentu untuk menyampaikan berita. Pemerintah menyusun pidato dan slogan untuk menciptakan dukungan. Bahkan platform digital seperti Google atau TikTok memiliki algoritma yang mendorong konten sesuai preferensi politik dan ekonomi tertentu. Semakin dominan posisi aktor ini, semakin kuat pula pengaruh narasi mereka terhadap publik.

Dampak Narasi yang Diciptakan

Narasi dapat memperkuat stereotip, menciptakan musuh bersama, atau membentuk citra tokoh secara sepihak. Masyarakat yang terpapar satu jenis narasi secara terus-menerus cenderung kehilangan kemampuan berpikir kritis. Mereka cenderung menerima informasi tanpa menguji sumber, fakta, atau motif di baliknya. Ini berbahaya karena membuka celah bagi manipulasi kolektif.

Perlawanan dan Kesadaran Kritis

Kita perlu sadar bahwa Narasi yang Diciptakan bukan kenyataan tunggal. Penting untuk mengonsumsi informasi dari berbagai perspektif, membaca dari sumber independen, dan membiasakan diri untuk bertanya “siapa yang diuntungkan dari narasi ini?”. Masyarakat juga bisa melawan melalui narasi tandingan, yaitu menceritakan ulang realitas berdasarkan pengalaman dan data nyata.

Kesimpulan

Narasi memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan. Oleh karena itu, kita tidak boleh menjadi penerima pasif. Saat kita menyadari bahwa banyak narasi sengaja diciptakan untuk membentuk pikiran kita, maka saat itulah kesadaran kita dimulai. Jadilah penanya, bukan hanya pendengar. Sebab siapa yang mengendalikan narasi, dialah yang mengendalikan kesadaran kolektif.

 

Post Comment

You May Have Missed